Sabtu, Februari 14, 2009

Hari kasih sayang dan sunah Nabi

Ragam manusia dari segi etnis, agama maupun budaya, telah melahirkan ragam tradisi. Valentine Day atau “Hari Kasih Sayang” adalah salah satu tradisi di luar Islam yang dimeriahkan oleh banyak orang, terutama kawula muda. Pada hari itu, kasih sayang kepada sesama dicurahkan sepuasnya, tidak boleh ada orang saling membenci; tentu semangatnya sampai pada anti terorisme juga. Terorisme yang ditampilkan oleh kelompok tertentu bertentangan dengan hari raya ini. Tidak heran kalau kawula muda Muslim bertanya tentang hari besar yang daya magnetnya amat kuat ini, lalu bertanya, apakah dalam Islam ada tradisi semacam ini?
Hadits tentang Kasih Sayang
Sebuah Hadits menyatakan:
Dari Anas, dari Nabi saw, beliau berkata, “Tidak dianggap mukmin seseorang dari kalian bila cintanya kepada saudaranya (orang lain) tidak sama dengan cintanya kepada diri sendiri.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim, At-Turmudzi, An-Nasai, Ibn Majah, dan Imam Ahmad.
Hadits lain menyebutkan:
Dari Abi Syuraih, bahwa Nabi saw berkata, “Demi Allah, ia belum beriman, demi Allah, ia belum beriman.” Ada yang bertanya, “siapa wahai Rasulullah?”beliau menjawab, “Yaitu, orang yang karena ulahnya maka tetangganya merasa tidak aman…”
Hadits ini dan yang senada diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Muslim, At-Turmudzi dan Ahmad.
Hadits lain lagi menyebutkan:
Dari Abu Musa, katanya, “Saya bertanya, wahai Rasulullah, manakah Islam yang lebih utama?” Rasulullah menjawab, “Orang yang karena ucapan dan prilakunya menjadikan orang muslim lain selamat (merasa aman).”
Hadits seperti ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Muslim, At-Turmudzi, Abu Daud, dan Ahmad.
Dari Abu Musa, dari Nabi saw, beliau berkata, “Sesungguhnya se-orang mukmin dengan mukmin lain itu bagai sebuah bangunan, saling menguatkan.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim, At-Turmudzi, Nasai, dan Ahmad.
Kasih Sayang
Bagi masyarakat Islam, Sunnah Nabi yang terdapat dalam Hadits mempunyai fungsi menjelaskan kandungan Al-Qur’an yang ungkapannya sering global. Hadits-hadits di atas menjelaskan ajaran kasih sayang seperti diajarkan dalam Al-Qur’an. Misalnya, tentang hakekat persaudaraan yang terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat 10-12. Di sana dinyatakan, orang Mukmin sebenarnya saudara, bagaikan saudara kandung. Mereka tidak dibenarkan saling mencaci dan membenci. Berburuk sangka, menghasut dan mengumpat kepada orang lain dilarang dalam ayat ini.
Sehubungan dengan ajaran Al-Qur’an tadi, Hadits-hadits yang dari segi sanad tergolong shahih di atas menyebutkan bahwa, sesama orang Mukmin bagai sebuah bangunan yang unsur-unsurnya saling mengokohkan. Ia tidak boleh berbuat sesuatu yang menimbulkan gangguan sekecil apa pun terhadap yang lain.
Masih banyak ajaran Rasulullah agar persaudaraan itu dijaga. Perintah agar ketika orang memasak memperbanyak kuahnya supaya tetangganya dapat mencicipi jerih payahnya. Meski sepele, ini menunjukkan betapa peduli terhadap orang lain harus dikedepankan, dimulai dari hal kecil.
Perintah zakat, menyembelih hewan kurban, sedekah, memberi hidangan berbuka orang lain, menyingkirkan gangguan di tengah jalan, dan sebagainya, menunjukkan kasih sayang itu menjadi perhatian utama Nabi. Banyak periwayat Hadits, semisal Imam Muslim, At-Turmudzi, Abu Daud, dan Ahmad, merekam Hadits yang menyatakan bahwa, memutus hubungan kasih sayang (silaturahim) termasuk dosa penting, yang hukumannya tidak hanya dirasakan di akhirat, tetapi juga ketika masih di dunia. Hadits semacam ini menjadi semakin penting karena betapa banyak orang yang karena kepentingan sesaat begitu mudah memutuskan persaudaraan dan menambah permusuhan. Perbedaan paham seringkali juga menjadi alasan bertengkar.
Kasih sayang dan persaudaraan yang diajarkan Rasulullah lebih pada kebersamaan dalam kesejahteraan dan menghindari dosa. Hal ini sejalan dengan perintah Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2 “… Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan, bukan dalam dosa dan permusuhan….”
Islam mengajarkan perilaku santun dan lembut serta mengedepankan memberi maaf. Allah berfirman, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka….” (Qs. Ali Imran [3]: 159).
Akan halnya kasih sayang seperti dalam Valentine Day, ada titik samanya, menonjolkan kasih sayang kepada sesama. Tidak sama persis, ada titik bedanya. Valentine Day yang diperingati pada setiap 14 Februari menurut banyak referensi merupakan tradisi kasih sayang yang lahir pada akhir abad ke 3 Masehi.
St. Valentine, seorang bangsa Roma Italia, harus mati terbunuh pada 14 Februri 269 M. karena, menolak ajaran tertentu dalam Kristiani. Simpati dan cinta masyarakat terhadap sikap St. Valentine pada tanggal itu menjadi tonggak penting dalam membela dan memperjuangkan kasih sayang sesama. Memang ada versi lain. Jadi, sebenarnya Valentine Day dari segi kesejarahan bukan ajaran agama. Anehnya, ada penganut agama di dunia ini meyakininya sebagai bagian dari ajaran agama.
Selanjutnya, tanggal 14 Februari sebagai Hari Kasih sayang dijadikan hari penting dalam meluapkan kasih sayang dan anti kekerasan. Hebatnya, muda-mudi (dan juga orang-orang tua) tanpa ikatan perkawinan meluapkan kasih sayang pada Valentine Day tanpa batas kesopanan. Pendeknya, pergaulan bebas pria-wanita dilakukan dengan dalih meluapkan kasih sayang yang merupakan anugerah Tuhan.
Di beberapa negara ada kepercayaan, seorang wanita yang menerima baju pemberian seorang pria pada hari Valentine, nantinya akan menjadi suami-isteri. Ada lagi kepercayaan, wanita yang melihat burung murai terbang di atas kepalanya pada hari Valentine, nantinya ia akan menjadi isteri pelaut. Bila ia melihat kutilang emas pada hari itu, maka akan menikah dengan milyarder. Sebaliknya, bila ia melihat burung gereja pada hari itu, maka akan menikah dengan orang miskin dalam suasana gembira. Kepercayaan tanpa dasar dan tak masuk akal ini karena menyenangkan, banyak yang mempercayainya.

Kasih Sayang dalam Islam
Kembali kepada ajaran Islam tentang kasih sayang. Islam mengajarkan kasih sayang demi mencapai kedamaian, sifatnya umum, untuk kebersamaan dalam kesejahteraan. Kasih sayang yang hanya diekspresikan dalam perilaku tertentu tanpa pengurbanan (misalnya dalam bentuk sedekah), masih diragukan dalam Islam. Sebaliknya, memberikan sesuatu kepada orang lain untuk maksud tertentu tanpa dibarengi dengan tampilan simpatik juga diragukan; apalagi malah disertai dengan “pengungkitan.” Karena itu, konflik dan permusuhan serta kekerasan, khususnya dalam tubuh umat Islam tidak dibenarkan. Terhadap umat yang berbeda agama, Rasulullah mengajarkan toleransi. Ini tidak berarti beliau mengakui kebenaran ajaran agama lain. Menyiarkan agama tidak boleh dengan paksaan atau kekerasan.
Kasih sayang dalam Sunnah Nabi ada batasnya dengan mengedepankan moralitas. Kasih sayang menurut petunjuk Nabi tidak boleh mengarah pada pergaulan bebas seperti yang mentradisi dalam masyarakat Valentine Day. Kasih sayang dalam bentuk pergaulan bebas bertentangan dengan ajaran kasih sayang dalam Islam. Seandainya merayakan Valentine Day itu ada batas moral, melarang pergaulan bebas, tentu lebih simpatik bagi pemeluk agama lain, termasuk Islam.l

Tidak ada komentar: